Numpang Hidup








 Ratusan orang dan keluarga dalam jumlah yang tak pernah tetap tinggal di areal Tempat Pemakaman Umum keturunan Tionghoa Kebon Nanas, Jakarta Timur. Banyak yang telah menempati tempat itu selama puluhan tahun. Mereka datang dan pergi.Kuburan dan Hantu telah lama menjadi teman. Berusaha semampunya untuk membuat tempat tinggalnya nyaman.Bentuk menyesuaikan dengan desain kuburan yang bisa dimanfaatkan. Dengan membayar sewa bulanan kepada Oknum pengelola Pemakaman mereka dapat membangun rumah-rumah tinggal dari Triplek dan semi permanen.Mereka juga memiliki KTP penduduk Jakarta dan Jaringan Listrik yang legal. Tentunya tak ada jaminan hak dari apa yang telah mereka bayar karena mereka adalah pemukim liar. Tinggal ditempat yang tidak seharusnya membuat sulit untuk memenuhi kebutuhan air dan lingkungan yang bersih. Salah satu pemukim, Nenek Nasih meninggalkan Kampung Halamannya Purwokerto di Jawa Tengah 25 Tahun silam untuk mencari kehidupan yang lebih layak di Ibukota Jakarta. Selama itu pula ia tinggal di rumah semi permanen yang kurang layak Huni. Setelah suaminya meninggal ditahun yang tak bisa diingatnya, kini ia memiliki 9 cucu dari ketiga anaknya. Sehari-harinya Nek Nasih mengumpulkan bunga Kamboja di sekitar areal pemakaman. Bak Spiderman Nenek berusia 70 Tahun itu menghiraukan keselamatan dirinya memanjat Pohon Kamboja untuk mengambil Bunganya. Tentu tak banyak yang bisa Ia hasilkan dari pekerjaan yang beresiko untuk orang setua dirinya. Dalam 2 minggu Ia hanya dapat mengumpulkan 1 Kilo bunga Kamboja yang telah dikeringkan untuk dijual seharga Rp.80.000/Kilo. Pekerjaan lainnya adalah memulung sampah plastik.Ia bisa memperoleh Rp.4000 untuk 1 kilo sampah plastik. Tak jarang ia hanya makan 1 kali sehari setelah bekerja seharian. Nek Nasih masih bernasib lebih baik dari Ibu Nurhayati asal Semarang,Jawa Tengah. 17 Tahun ia tinggal,melahirkan dan membesarkan ke empat anak-anaknya yang masih kecil di tempat itu. Setelah suaminya meninggal karena penyakit 4 Tahun lalu ia berjuang bertahan hidup dari mengumpulkan sampah plastik. Ibu Nurhayati dan ratusan orang lainnya kini telah meninggalkan pemakaman setelah pihak pengelola membersihkan areal tersebut. Tanpa daya dan Pilihan mereka membongkar sendiri rumah-rumah yang mereka bangun sendiri. Entah kemana lagi mereka akan pergi.Ibukota Jakarta telah lama memberikan harapan semu bagi orang-orang Desa yang kurang memiliki keahlian dan pendidikan. Telah banyak yang kecewa dan terjebak oleh kondisi yang tak bisa mereka rubah Mereka tak mungkin kembali ke tempat asalnya karena mereka tak memiliki apapun lagi disana.Tapi orang-orang Desa terus datang karna Mimpi dan Harapan belum Mati

Pemotretan Oktober 2011-Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar